Di Balik Layar: Keseruan Tim Operasional IPM Peduli Mengajar Anak-anak di TPA Ar-Rahmi
- PR IPM SMAM 25 PAMULANG
- 25 Nov 2022
- 2 menit membaca

Cibeas – Jumat pagi (30 /09/2022), kami, Tim Operasional Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PR IPM) SMA Muhammadiyah 25 Setiabudi Pamulang yang beranggotakan saya (Nadine), Aprila, Dhafin, Dinda, dibantu Tim Acara Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ketuplak, dan PJ (Penanggung Jawab), berangkat menuju TPA Ar-Rahmi di Desa Cidikit, Kecamatan Bayah, Provinsi Banten, dengan menggenggam sebuah misi, yakni mengajar.
Kami disambut dengan hangat sesampainya di sana. Anak-anak ceria. Senyumnya tidak kunjung tumbang. Terbayar sudah perjuangan yang kami lalui demi mencapai tempat ini. Misi kami kali ini amat menegangkan. Sebab ini pertama kalinya kami melakukan kegiatan semacam ini. Saat melihat anak-anak yang sangat antusias belajar, ada rasa takut pada diri saya. Takut nanti saya tidak bisa memberikan “buah” yang bisa mereka petik.
Rencananya kami akan mengajar pelajaran Bahasa Arab, berhitung, serta menggambar untuk membiarkan mereka berekspresi. Kami disambut dengan sangat antusias oleh anak-anak saat memasuki kelas.
“Halo semuanya!” ucap kami sembari diteriaki seisi kelas.
Benar saja. Ketakutanku soal ketidakmampuanku memberikan “buah” kepada mereka terbukti. Mengajar anak-anak ternyata tidak mudah. Mereka banyak tingkahnya. Perlu ekstra kesabaran. Tapi aku senang. Sebab anak-anak tersebut lucu-lucu. Memang benar mereka sangat antusias, jadi cukup menguras energi untuk menertibkan mereka.
Aku membuka pertanyaan di akhir sesi mengajar Bahasa Arab:
“Siapa yang bisa menjawab pertanyaan ini, hayo?” ucapku sembari menunjuk papan tulis. Di papan tulis tersebut terdapat tulisan arab.
“Aku kak. Aku, aku!”
“Ya, kamu, apa jawabannya?”
“Pulpen kak! Artinya Pulpen.” Wajahnya sumringah dan semangat ketika menjawab pertanyaan sederhana tersebut.
Anak laki-laki tersebut menjawab dengan benar saat diminta mengartikan sebuah kosa kata Bahasa Arab. Perasaanku sangat senang saat ia berhasil menjawab. Bukti bahwa anak-anak semangat belajar.
Aku terengah-engah setelah selesainya semua sesi mengajar.
“Huh! Capek!” ucapku dalam hati.
Mengajar anak-anak membuatku ‘tumbang’. Namun, seluruh energi yang aku keluarkan untuk mengajar mereka rasanya terbayar. Mengingat interaksiku dengan mereka, wajah-wajah lucu mereka, dan pengalaman yang sangat berharga yang aku dapatkan, aku bersyukur.
“Kalo ada kegiatan semacam ini lagi, gue pasti ikut!” sambil membuang mukaku ke arah bantal.
Reporter: Muhammad Akmal Fauzan, Launa Fitria Putri
Penulis: Muhammad Akmal Fauzan
Comments